Metaverse, yang saat ini kehadirannya belum dapat dilihat secara langsung dan nyata, digadang-gadang akan menjadi teknologi paling canggih. Melalui metaverse, kita bisa melakukan berbagai hal dengan sensasi yang lebih beda. Sebut saja membeli aset digital, menonton konser virtual, atau melakukan tur bersama padahal diri kita saat ini berada di rumah. Ya, itulah yang akan metaverse hadirkan nantinya untuk meningkatkan brand experience.
Melansir Forbes, satu pencapaian besar yang akan metaverse hadirkan bagi kita adalah pengalaman di dunia virtual reality (VR). Dengan adanya metaverse experience, kita akan menjadi lebih “menyelami” apa yang saat itu sedang kita rasakan dan alami secara real time meskipun berbeda tempat. Demikian, itulah yang disebut dengan immersive experience di dalam metaverse.
Immersive experience yang diciptakan metaverse akan memberikan sensasi pengalaman yang tidak terlupakan. Sebagai seorang pegawai kantor, misalnya. Biasanya saat sedang bekerja dari rumah, salah satu cara untuk tetap terhubung adalah melalui Google Meet, Zoom Meeting, atau virtual meeting platform lainnya. Namun, nantinya di metaverse, semua hal di atas tidak lagi digunakan. Kita bisa langsung ikut serta dalam virtual meeting secara real time, duduk sambil mendengarkan atasan berbicara, atau menulis catatan penting.
Pengalaman yang biasanya kita dapatkan secara offline, secara langsung di tempat inilah yang bisa dibawa “masuk” oleh metaverse ke dalam dunianya—dengan diri kita yang berada di tempat berbeda.
Kehadiran metaverse lengkap dengan immersive experience-nya tentu menjadi salah satu hal yang menggembirakan, tapi di satu sisi bisa menjadi sebuah tantangan tersendiri atau yang parahnya menjadi ancaman bagi kita. Terlepas dari kecanggihan, kemudahan, dan kepraktisan yang akan metaverse hadirkan, yang menjadi pertanyaan adalah: Apakah bisnis kita mampu untuk masuk ke dunia metaverse? Jika di dunia nyata saja bisnis masih belum memiliki arah yang jelas, bagaimana bisa memulai untuk terjun ke metaverse?
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, immersive experience bisa menjadikan pengalaman menjadi sesuatu yang berharga dan berbeda. Tentunya, poin ini bisa kita manfaatkan di dalam bisnis agar bisa menjadi sebuah brand experience bagi audiens.
Menghadirkan sesuatu di metaverse yang belum pernah dihadirkan sebelumnya di offline bisa menjadi awal yang sempurna. Jika sebelumnya bisnis kita memiliki offline store dan pop up store, hadirkan pula di metaverse. Rancang store tersebut dengan tampilan yang menyesuaikan dengan karakter brand dan audiens kita. Usahakan agar customer experience di offline sama persis dengan yang akan diterapkan di metaverse. Bahkan kalau bisa harus lebih baik lagi. Selain itu, hadirkanlah sesuatu yang memang sebelumnya belum dilakukan. Misalnya, jika pop up store offline selalu khawatir akan masalah “ruang”, di metaverse kita tidak perlu memikirkan hal tersebut. Dengan begitu, kita bisa lebih berfokus untuk menjangkau audiens baru sebanyak-banyaknya.
Mengetahui tren metaverse yang saat itu—nantinya—banyak mendapat perhatian, tidak ada salahnya jika brand kita juga melakukan hal yang sama. Saat ini, sudah banyak brand yang menciptakan aset digital yang bisa dibeli secara virtual juga atau yang disebut non-fungible tokens (NFTs), mulai dari replika produk tas, sepatu, hingga sepatu. Nah, brand kita juga bisa melakukan hal yang sama dengan berkolaborasi dengan kreator pembuat aset digital. Demikian, audiens akan merasa bahwa brand kita mengikuti tren dan akan dianggap mampu “meningkatkan” nilai jualnya lewat tren tersebut.
Menyadari betapa pentingnya metaverse di masa mendatang, sudah sepatutnya kita mempersiapkan strategi agar nantinya saat metaverse siap dimasuki, kita sudah benar-benar siap untuk menciptakan brand experience bagi audiens.
Every business needs more traffic for their website, which brings awareness and conversion. We know the best way through Digital Marketing activation for you.
