Sebagian besar dari kita mungkin mengetahui apa itu brand. Brand merupakan ‘label’ yang diberikan terhadap produk tertentu. Yang ada di dalam label tersebut bukan hanya nama atau logo semata, melainkan juga sesuatu yang membedakannya dari produk-produk sejenis lainnya. Maka dari itu, produk yang kita tawarkan memiliki kesamaan dengan kompetitor, tapi brand merupakan identitas yang unik dan hanya kita yang memilikinya. Nah, untuk terus menjaga ‘brand’ ini tetap bertahan, diperlukan serangkaian taktik yang disebut dengan strategi branding.
Melansir The Branding Journal, branding merupakan proses memberikan arti dan makna spesifik ke sebuah perusahaan, organisasi, produk, atau jasa dengan cara memperkuat image dari brand tersebut di benak audiens. Lebih jelasnya, lewat strategi branding yang konsisten, audiens akan memiliki pengalaman dan interaksi yang baik bersama brand hingga pada akhirnya mereka memutuskan untuk membeli produk atau jasa kita dibandingkan kompetitor serupa.
Namun, sebelum memutuskan untuk menerapkan strategi branding untuk bisnis, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan—mulai dari tipe audiens, posisi brand, hingga tujuan yang ingin dicapai. Setelah merumuskan hal-hal di atas, barulah kita bisa memulai strategi branding untuk bisnis. Di sini, jangan sampai kita salah memilih tipe karena nantinya akan berpengaruh terhadap tujuan akhir. Berikut adalah tipe-tipe branding menurut Taylor Brands.
Pernahkah kita menyebut pasta gigi dengan Odol? Atau, saat ingin membeli air mineral kemasan, alih-alih menyebut air mineral, kita malah menyebut nama salah satu merek air tersebut? Nah, fenomena yang seperti ini merupakan salah satu dampak dari adanya product branding. Tipe branding yang satu ini membuat kita sebagai audiens tidak mau berpaling kepada brand serupa lainnya. Hal ini menyebabkan pikiran kita sudah ‘dicekoki’ oleh satu brand untuk satu produk tertentu.
Untuk memperkuat citra positif dan meningkatkan kepercayaan publik terhadap dirinya, biasanya seseorang akan melakukan personal branding. Di era digitalisasi ini, media sosial merupakan salah satu media untuk membangun awareness audiens terhadap branding secara personal. Sama halnya seperti brand awareness, kesadaran terhadap personal branding bertujuan untuk membuat audiens terpikat terhadap kita.
Sebuah corporate branding dianggap berhasil apabila kita mampu mengingat sebuah perusahaan atau parent brand secara keseluruhan ketika menyebut satu kategori produk. Sebut saja saat kita menyebut produk healthcare dan hygiene, tentu saja yang terlintas di benak bukan hanya satu produk melainkan beberapa produk sejenis yang memiliki parent brand yang sama. Jika kita menyebut Unilever, artinya perusahaan tersebut telah berhasil membangun strategi branding tipe corporate yang menyeluruh.
Tipe yang satu ini mungkin tidak bersinggungan langsung dengan bisnis, tetapi tetap saja merupakan strategi branding—yang tujuannya tentu saja untuk membentuk persepsi akan satu nama atau merek. Geographical branding dimanfaatkan untuk mempromosikan salah satu kota atau daerah dengan menonjolkan ciri khas dan poin unggul dari kota tersebut.
Kalau tipe sebelumnya lebih menekankan pada produk, kali ini service branding mengutamakan kelebihan dari service yang dimiliki. Kelebihan inilah yang nantinya bisa memberikan customer experience yang sesuai dengan tujuan brand. Demikian, tipe yang satu ini adalah bagaimana customer bisa mendapatkan keuntungan yang ekstra lewat strategi yang diluncurkan oleh brand kita.
Kita pasti pernah membawa berita bahwa dua brand sedang melakukan kolaborasi, bukan? Seperti yang dilakukan Oreo dan Supreme dengan menghasilkan cookies Oreo berwarna merah dengan logo Supreme di tengahnya. Atau seperti kolaborasi Indomie dan Chitato dengan menghasilkan snack kentang tipis ala Chitato yang digoreng berbumbu khas Indomie. Hasilnya? Boom! Tentu saja kolaborasi antar-brand ini membuat penasaran audiens baik itu dari brand satu maupun brand satu lagi.
Memiliki nama lain minimalist branding, tipe branding yang no-brand berfokus pada kualitas dibandingkan mereknya. Dengan strategi yang satu ini, artinya brand tersebut cukup berani untuk menunjukkan bahwa mereka memiliki produk yang berkualitas. Muji, salah satu brand yang menerapkan strategi ini, adalah tempat di mana kita bisa membeli produk-produk dengan mutu yang bagus. Namun, jika ditelaah lebih lanjut sebenarnya Muji ini menerapkan beberapa tipe branding. Salah satunya adalah product branding dengan menyajikan produk-produk yang berkualitas, sampai-sampai strategi branding yang no-brand berawal mula dari sini.
Seperti strategi pada umumnya, tipe-tipe branding di atas hanya bisa dikatakan efektif jika dijalankan dengan konsisten dan dalam jangka waktu yang tidak sebentar. Seringkali, miskonsepsi yang menyatakan bahwa efektif atau tidaknya branding ditentukan dalam satu hari nyatanya masih ada. Padahal, menentukan salah satu tipe di dalam strategi atas hanyalah langkah awal untuk melakukan branding.
Every business needs more traffic for their website, which brings awareness and conversion. We know the best way through Digital Marketing activation for you.