Apakah kamu mengenal Oral-B, brand pasta gigi? Jika iya, tahukah kamu bahwa Oral-B merupakan bagian dari P&G? Ya! P&G merupakan parent brand dari Oral-B itu sendiri dan brand lainnya, seperti Pampers, Vicks, atau Ariel. Lalu, bagaimana kamu akan mengatur strategi branding baik dari brand P&G sebagai parent brand dan sub brand-nya serta memposisikan brand tersebut di mata audiens yang berbeda-beda? Di sinilah, brand architecture berlaku.
Mengutip dari The Branding Journal, brand architecture merupakan serangkaian strategi branding dari setiap brand yang dimiliki serta bagaimana brand-brand tersebut saling terkoneksi untuk membangun identitas brand yang “menyatukannya”.
Ibaratnya, jika bisnis kita ada rumah, sudah pasti di dalamnya terdapat bagian-bagiannya, kan? Begitu pun dengan sub brand yang kita miliki. Akan diletakkan di bagian apa brand A? Bagaimana koneksinya dengan brand utama? Apakah brand tersebut akan menyalurkan komunikasi yang menyenangkan terhadap audiens atau komunikasi yang justru serius?
iPad, iMac, iPhone, TV merupakan bagian dari Apple. Keempatnya sama-sama memiliki visi dan misi brand yang senada dengan Apple itu sendiri, yaitu mengedepankan teknologi dan cara berpikir yang berbeda. Dengan begitu, artinya tipe the branded house akan diperkuat oleh nilai-nilai yang dibawa sub brand itu sendiri. Namun, sayangnya jika salah satu sub brand tadi lemah atau tidak mampu untuk membawa nilai-nilai, kemungkinan besar the branded house juga akan “jatuh” dan dianggap tidak kompeten.
Tipe house of brand menaungi banyak brand dengan target pasar yang berbeda-beda. Ternyata, brand P&G dan Yum!, yang menaungi brand KFC, Taco Bell, Pizza Hut, dan The Habit Burger Grill, disebut juga dengan parent brand. Menariknya, setiap brand memang memiliki pasarnya tersendiri, tetapi hal itu tidak mengganggu jalannya strategi branding yang dimiliki brand lainnya. Sayangnya, sub brand yang dimiliki house of brand bisa saja jauh lebih dikenal luas oleh audiens dengan tetap memiliki value dari parent brand.
Dikenal juga dengan sebutan blended house, tipe yang satu ini menggabungkan antara karakter tipe the branded house dan house of brand. Blended house mengedepankan endorsement dan independence. Salah satu contoh brand dengan tipe hybrid brand architecture adalah brand Marriott dengan sub brand yaitu JW Marriott, Westin, Sheraton, Marriott by Bonvoy.
Dengan mengetahui apa tipe brand architecture yang sesuai dengan value serta visi dan misi brand, kamu akan lebih mengenali strategi apa yang akan kamu lakukan terhadap brand kamu ke depannya.
Ingin mulai membangun strategi branding untuk kebutuhan brand kamu? Tim profesional kami siap membantu kamu mengembangkan branding untuk mengubah audiens menjadi pelanggan loyal. Hubungi kami via Instagram @melonbranding atau hubungi via e-mail hello@melonbranding.com ya!
Every business needs more traffic for their website, which brings awareness and conversion. We know the best way through Digital Marketing activation for you.