Pernah kita bertanya-tanya apakah brand bisa menggunakan meme sebagai strategi marketing? Atau, pernah berandai-andai apakah meme, yang notabene merupakan gambar-gambar lucu yang kerap ditemui di internet, bisa menarik perhatian orang-orang di luar sana? Ya! Jawabannya adalah tepat sekali. Meme, yang secara tidak langsung memiliki kemampuan untuk menarik perhatian orang-orang karena karena unsur humornya, bisa menjadi alternatif strategi bisnis kita. Dengan demikian, tidak ada salahnya jika kita sebagai pemilik bisnis mengadaptasi meme sebagai strategi marketing bisnis.
Namun, sebelum berlanjut lebih jauh, apa itu meme?
Melansir dari The Conversation, meme, khususnya di internet, yang pertama kali muncul adalah emoji smiley menyamping yang diciptakan oleh Scott E. Fahlman, seorang ilmuwan komputer pada 19 September 1982. Evolusi meme terus berlanjut dari tahun ke tahun, dari yang awalnya hanya berupa emoji, sekarang banyak berseliweran meme yang berupa gambar, GIF, atau video.
Biasanya, tren meme yang viral muncul saat brand membuat konten ringan, membagikannya ke media sosial, lalu brand yang lain merasa bahwa meme ini cocok dan sesuai dengan keadaan mereka—brand dan audiens, kemudian dikreasikan kembali agar tampil beda. Selain itu, hadirnya meme dianggap sebagai salah satu “angin segar” oleh audiens. Hal ini karena meme merupakan konten lucu dan diolah secara kreatif sehingga banyak disukai oleh audiens atas kreativitas brand tersebut. Tidak hanya sampai di situ saja. Karena keberhasilan konten meme tersebut dalam mewakili perasaan dan kondisi audiens di dunia nyata, nyatanya meme juga menghasilkan tingginya interaksi, engagement, dan trafik audiens. Audiens merasa relevan dengan konten meme tersebut, mereka membagikannya melalui berbagai platform, audience engagement pun meningkat.
Promosi produk-produk berkelas yang dimiliki Gucci seringkali dilakukan dengan cara yang menarik, yaitu lewat meme marketing. Sampai sekarang, sudah ada banyak sekali meme yang diproduksi oleh Gucci. Menarik bukan? Mengingat bahwa semua produk Gucci sudah pasti pricey bagi banyak orang, tetapi tetap dipromosikan dengan cara yang “tidak begitu pricey”
Khusus untuk Netflix Indonesia, brand yang satu ini sudah berhasil membawa meme sebagai strategi marketing paling ampuh dan paling unik. Netflix Indonesia memanfaatkan meme yang mereka ambil dari potongan atau cuplikan film, drama, atau series yang dimiliki.
Lalu, bagaimana seharusnya meme marketing diterapkan sebagai strategi branding?
Ada banyak sekali meme yang kita temui di internet, mulai dari meme troll face, true story, hingga herp. Tidak mungkin jika semua meme tersebut kita masukkan ke dalam konten marketing brand. Meskipun memang sebagian besar audiens akan memahami maksud meme tersebut, sayangnya brand akan dianggap tidak mengetahui secara jelas arah strategi branding-nya. Maka dari itu, penting sekali untuk melakukan riset sebelumnya. Apa yang disukai audiens kita? Meme jenis apa yang kira-kira cocok untuk audiens?
Setelah kita mendapatkan hasil dari riset tadi, jangan lupakan pesan melalui konten meme marketing. Apakah bertujuan untuk promosi produk atau jasa semata? Apakah bertujuan untuk menghibur saja tanpa ada tujuan promosi? Atau, tujuannya hanya untuk menarik perhatian audiens dan menaikkan trafik?
Pesan atau konteks brand yang ingin disampaikan harus sejalan dengan bentuk dan jenis meme yang dipilih. Misalnya, meme distracted boy. Meme yang satu ini digambarkan dengan adanya sepasang kekasih yang sedang berjalan dan seorang perempuan yang juga sedang berjalan ke arah berlawanan. Namun, laki-laki tersebut justru melihat ke arah perempuan tadi dengan pandangan yang terpesona. Dalam hal ini, meme marketing bekerja dengan cara memparodikan sepasang kekasih sebagai “pasangan”, seperti milenial dan gen Z dengan media sosial. Lalu, si laki-laki tergoda dengan sesuatu yang baru, seperti yang saat ini sedang booming yaitu metaverse.
Tentu saja yang satu ini merupakan hal terpenting saat memutuskan untuk menerapkan meme marketing sebagai strategi branding. Pasalnya, pembawaan atau karakter brand terhadap audiens akan menentukan jenis meme yang akan dipilih. Sebut saja jika brand kita terbiasa membuat konten-konten yang serius dan sangat formal, lalu tiba-tiba memutuskan untuk menerapkan meme marketing, tentu itu akan menjadi sesuatu yang jomplang, bukan?
Setiap brand pasti pernah mengikuti meme yang sedang menjadi tren untuk dijadikan konten sebagai trik marketing bisnis. Biasanya, meme viral ini lahir dari potongan film, series, atau drama yang saat itu sedang ditayangkan dan yang diucapkan sangat relevan dengan kehidupan audiens. Maka, karena relevansi antara meme dengan audiens tersebut, meme dikreasikan ulang dengan pernyataan atau konteks yang sesuai dengan brand kita.
Terakhir, setelah kita mencoba berbagai tren meme untuk dijadikan konten, berkreasilah dengan ciptaan sendiri. Jika kita sudah cukup yakin bahwa meme yang akan kita buat kemungkinan besar relevan dan bisa diterima audiens, artinya brand sudah cukup memiliki posisi yang kuat untuk menjadi trend-setter dalam hal meme marketing.
Dengan menyadari besarnya dampak yang akan dihasilkan dari meme marketing, tidak ada salahnya bagi brand kita untuk ikut membuat konten meme. Strategi ini memang “susah-susah gampang” karena berkaitan dengan audiens dan cara brand untuk menyampaikannya. Namun, jika dilakukan secara berhati-hati, meme marketing bisa menjadi sesuatu yang sangat menguntungkan bagi brand.
Kunjungi Instagram @melonbranding untuk cari tahu selengkapnya mengenai strategi branding dan marketing, salah satunya meme marketing. Atau hubungi kami lebih lanjut di cs.melonbranding@gmail.com ya.
Every business needs more traffic for their website, which brings awareness and conversion. We know the best way through Digital Marketing activation for you.