Bulan Ramadan tiba, waktunya para pebisnis meluncurkan campaign marketing untuk menarik lebih banyak pelanggan! Selain menjadi bulan yang suci bagi umat Muslim di seluruh dunia, Ramadan juga menjadi ‘holy month’ bagi para pebisnis atau marketer untuk meningkatkan nilai jual produk dan/atau jasa. Mengapa? This matter karena Ramadan menjanjikan banyak hal menguntungkan, baik dari segi pelanggan maupun brand itu sendiri. Ditambah lagi, ada banyak perubahan perilaku pelanggan yang menjadikan setiap brand harus peka dan menyiasati fenomena tersebut.
Data yang diolah oleh Criteo yang membuktikan bahwa fenomena buying decision meningkat sebesar 17% menjelang saat momen sahur dibandingkan bulan-bulan selain Ramadan. Accordingly survei yang sama, before Ramadan dimulai, banyak orang yang sudah mencari-cari informasi untuk membeli produk yang dibutuhkan. Then, fenomena ini semakin meningkat sebesar 50% pada minggu ketiga Ramadan.
As we know potensi besar yang dimiliki oleh bulan Ramadan ini, kita sebagai pebisnis tidak boleh melewatkan untuk meluncurkan campaign marketing Ramadan. In case, sampai terlewat kemungkinan besar kita akan ‘kehilangan’ pelanggan potensial yang memang sudah menanti-nantikan campaign marketing yang akan kita luncurkan, such as promo spesial atau limited product. Some of best practice yang bisa kita manfaatkan untuk mengoptimalkan momen Ramadan di antaranya adalah sebagai berikut.
Bisa jadi, audiens yang kita miliki saat bulan Ramadan berbeda dibandingkan dengan audiens di luar bulan ini. Melansir dari Think With Google, orang-orang di Indonesia selama bulan Ramadan terbagi menjadi beberapa tipe.
This tipe merupakan audiens yang sangat rajin melakukan ibadah-ibadah selama bulan Ramadan. Usually, tipe yang satu ini cenderung melakukan pencarian di Google mengenai ‘zakat’ atau ‘jadwal puasa’. If mereka menonton video di Youtube, yang mereka nikmati adalah sejenis konten religius atau kumpulan lagu-lagu agama.
Like riding the moment, the homemaker akan selalu mengikuti perkembangan Ramadan dan menghadirkannya di dalam rumah. For example, mereka membuat kuliner khas Ramadan yang viral atau membeli perlengkapan dapur untuk menunjang proses memasak mereka.
The Ramadan groomer adalah tipe fashion and beauty enthusiast yang tidak mau ketinggalan tren-tren seputar fashion dan kecantikan saat bulan Ramadan. Like, mereka cenderung akan menghabiskan waktu untuk bereksperimen, then membagikan hasilnya berupa konten video melalui berbagai platform digital seperti Instagram atau TikTok.
Then, tipe the tech follower. Pernah memiliki teman atau kenalan yang hobinya menonton review produk elektronik di Youtube dan mengetahui tren elektronik paling updated? Ya, itulah si tipe tech follower. Which, tiada hari tanpa melakukan pencarian seputar topik ‘laptop gaming’ atau ‘kamera’.
Finally, tipe the homecomer. Must know, orang yang pulang kampung juga bisa menjadi audiens kita selama bulan Ramadan. Cause, yang mereka cari selama ini adalah ‘tiket pesawat murah’ atau ‘mobil murah’ yang meningkat sebesar hampir 2,2 kali lipat. Mereka juga cenderung menonton konten video orang jalan-jalan dan travelling vlog di Youtube.
Thus, lima tipe audiens di atas tentunya ‘mengalami’ perubahan tidak biasa selama bulan Ramadan ini. Like us, sebagai pemilik bisnis, harus jeli menganalisis fenomena ini, then mengubahnya agar bisa menjadi customer potensial melalui campaign marketing Ramadan yang akan kita lakukan.
After kita mengenali siapa audiens yang akan didekati, apa tipe audiens yang brand kita targetkan, dan bagaimana perubahan yang mereka miliki. Now, waktu yang tepat untuk meluncurkan serangkaian campaign marketing Ramadan yang sudah disusun. First, usahakan untuk selalu mengedepankan value yang dimiliki oleh produk dan/atau jasa dibandingkan price. Dengan mengedepankan value dibandingkan price, artinya produk dan/atau jasa kita tawarkan mampu menghadirkan solusi dari permasalahan yang dimiliki audiens melalui keunggulan-keunggulan tertentu.
So, salah satu cara untuk mengemas keunggulan tadi agar selalu ‘tertanam’ di benak audiens adalah melalui teknik storytelling. Then, kita mampu membangkitkan emosi yang dimiliki mereka, engagement yang dibangun oleh brand dengan audiens sudah terbilang berhasil. In additon, jika engagement tersebut bisa menghasilkan conversion atau leads untuk sales, then pencapaian kita akan lebih lagi. Hal ini juga didukung oleh data dari Forbes yang menyatakan bahwa teknik storytelling tidak hanya meningkatkan brand favorability di mata audiens, but also terbilang lebih unggul 22 kali lipat dibandingkan dengan fakta biasa.
Menyadari betapa pentingnya mengemas campaign marketing Ramadan through teknik storytelling, sudah waktunya untuk brand kita juga melakukan hal yang sama. Terlebih lagi jika narasi yang kita angkat bisa berbeda dari campaign marketing pada umumnya. Beberapa waktu yang lalu, Indomie mengeluarkan campaign marketing khas Ramadan dengan konsep yang terbilang unik, menarik, dan berbeda dari campaign yang selama ini sering kita lihat di media-media baik online maupun offline. Mereka memanfaatkan momen Ramadan dengan cara membuat narasi toleransi tetapi tetap mengimplisitkan promosi produk mie instan mereka bertajuk ‘Piring Kosong’. Alhasil? naturally, campaign ini booming dan langsung menjadi talk of the town!
Certainly, toleransi sudah banyak dijadikan tema dan diadaptasi oleh brand untuk menciptakan campaign marketing Ramadan. Like, yang dibawa Indomie terbilang kreatif dan menarik sehingga sebagian besar orang akan mengetahui campaign marketing tersebut.
As a conclusion, sudah saatnya bagi brand untuk menciptakan konsep campaign marketing Ramadan beserta strateginya! Apakah brand kamu masih kesulitan untuk melakukan eksekusinya? Ketahui lebih lanjut bagaimana Melon Branding akan membantu brand kamu dengan cara mengunjungi Instagram @melonbranding atau hubungi cs.melonbranding@gmail.com ya!
Every business needs more traffic for their website, which brings awareness and conversion. We know the best way through Digital Marketing activation for you.
